Tigaras || SatellitNusantara.Com
“Mungkin Pak Bobby perlu diingatkan soal kata-kata yang sudah keluar dari ucapannya. Kita tagih sampai itu terwujud.” Kalimat penuh harap itu terdengar dari percakapan warga di Hotel My Nasha, Tigaras.
Beberapa hari berlalu sejak Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menjanjikan perbaikan jalan sepanjang 2 kilometer menuju Pelabuhan Tigaras.
Akan tetapi hingga kini, yang tertinggal hanya genangan air, lubang-lubang menganga, dan semangat warga yang belum padam menuntut perbaikan jalan.
Janji tersebut diucapkan langsung di hadapan Kepala Desa Tigaras, Camat Dolok Pardamean, perwakilan PUPR Siantar-Simalungun, dan Kepala Syahbandar.
Sayangnya, tidak ada dokumentasi video yang bisa dijadikan pegangan, hanya memori kolektif warga yang terus mengingat dan menagih.
Jalan Rusak, Pariwisata Tersendat
Warga Desa Tigaras kembali berkumpul di Hotel My Nasha, Jumat 24 Mei 2025, setelah mengikuti acara “Pintar Digital”.
Diskusi mereka melebar, membahas keresahan sehari-hari: listrik yang kerap padam dan jalan rusak yang menghambat geliat pariwisata.
Di tengah segala keterbatasan, mereka tetap menjaga bara semangat untuk perubahan.
Kondisi jalan menuju Pelabuhan Tigaras, yang menjadi salah satu gerbang utama menuju Pulau Samosir, mengalami kerusakan parah, apalagi setelah musim hujan.
Tidak adanya parit menyebabkan genangan air di banyak titik, dan lebarnya yang sempit tak memungkinkan dua kendaraan berpapasan tanpa risiko.
“Setiap hari kami melewati jalan ini. Kalau hujan, jalan licin dan becek. Sangat berbahaya. Kami sudah lama berharap pemerintah memperbaiki, tapi belum ada juga,” ujar Erik Sinaga, warga setempat.
Keluhan juga datang dari wisatawan. Tania, pengunjung asal Medan, mengaku kecewa, “Ini pertama kalinya saya ke Pelabuhan Tigaras. Tapi akses jalannya sangat buruk. Padahal Danau Toba ini kan destinasi internasional. Seharusnya jalannya kan jadi prioritas.”
Jalur Alternatif yang Menjanjikan
Jalur Tigaras-Simanindo sejatinya menawarkan waktu tempuh lebih singkat dari Medan ke Pulau Samosir dibandingkan jalur Ajibata atau Tigaraja.
Perjalanan dapat ditempuh dalam 4–5 jam, termasuk 2,5 jam melalui jalan tol dari Amplas ke Sinaksak dan 2 jam sisanya melalui jalur darat menuju Tigaras.
Kini, jalur ini mulai diminati operator seperti Parisma dan Sampri yang membuka trayek Medan-Samosir via Tigaras. Namun kerusakan jalan di sekitar Tigaras tetap menjadi penghambat utama peningkatan arus wisatawan.
“Kalau jalannya mulus, kami bisa menambah frekuensi angkutan,” kata Masta Sidabalok, Direksi Parisma. “Tapi kalau dibiarkan rusak terus, wisatawan malas lewat sini.”
Infrastruktur Jalan, Kunci Gerbang Wisata
Pelabuhan Tigaras—yang dikelola langsung oleh Kementerian Perhubungan—menjadi titik penting mobilitas menuju Samosir.
Di masa liburan, KMP Sumut dan KMP Julaga Tamba melayani hingga 20 trip per hari, dengan jadwal yang kini sudah bisa diakses dan dipesan secara daring.
Dari sisi keindahan, jalur menuju Tigaras menawarkan lanskap memukau: Kebun eh Sidamanik, hamparan bukit hijau, dan panorama Danau Toba dari kejauhan.
Tak sedikit wisatawan yang berhenti sejenak untuk berfoto, memanfaatkan spot-spot alami yang menggoda lensa kamera.
Namun, tanpa akses jalan yang layak, potensi itu hanya akan tinggal potensi.
Harapan Warga Tigaras
“Jalan ini adalah wajah pertama bagi wisatawan. Kalau rusak dan berbahaya, bagaimana mereka bisa menikmati Danau Toba dengan nyaman?” tutup Nurdalin Sinaga, mewakili suara hati banyak warga dan pelaku usaha di Desa Tigaras.
Kini, masyarakat Tigaras berharap janji Gubernur Bobby bukan sekadar angin lalu. Mereka menanti wujud nyata: alat berat, aspal baru, dan jalan yang bisa dilalui tanpa takut terpeleset atau terjebak lumpur.
Bagi warga Tigaras, memperbaiki jalan bukan hanya soal kenyamanan, tapi tentang martabat. Karena jalan yang baik adalah jalan menuju harapan.
Hanya ada foto sewaktu Pak Bobby berjanji akan lakukan perbaikan 2 km jalan menuju Pelabuhan Tigaras. Kami akan terus tagih sampai itu terwujud. Aku pernah nyaris mati jatuh di jalan berlobang itu.