Samosir – Sejumlah keturunan Marga Manik melakukan perjalanan religi atau ziarah ke makam leluhur yang berada di Huta Dolok Maima, Desa Sihusapi, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, pada Minggu, 21 Desember 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenang dan menghormati jasa para leluhur yang menjadi asal-usul marga Manik di kawasan Pusuk Buhit.
Makam leluhur tersebut berada di kawasan perbukitan Bukit Barisan atau dataran tinggi Pusuk Buhit. Dari lokasi makam, Danau Toba terlihat membentang luas di kejauhan, tampak kecil dari ketinggian, mencerminkan sakralnya tempat tersebut yang selama ini diyakini sebagai salah satu pusat peradaban Batak.

Ziarah ini dilakukan oleh keturunan Marga Manik yang berasal dari garis keturunan Oppung Budiman Manik. Diketahui, Oppung Budiman Manik memiliki istri bermarga Boru Sidauruk dan dikaruniai dua anak laki-laki, yakni Oppung Bertuah Manik yang menikah dengan Boru Sitanggang serta Oppung Kristian Manik yang menikah dengan Boru Sinabariba. Selain itu, Oppung Budiman Manik juga memiliki tiga anak perempuan yang masing-masing menikah dengan marga Turnip, Simbolon, dan Turnip.
Keturunan yang hadir dalam ziarah tersebut merupakan garis keturunan dari Oppung Bertuah Manik dan Boru Sitanggang. Dari pasangan ini lahir empat orang anak, terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan. Anak pertama adalah Amani Bertuah Manik, anak kedua seorang perempuan yang menikah dengan marga Sitanggang, dikenal sebagai Amani Togu Sitanggang, anak ketiga Edward Manik, serta anak keempat Amani Johanna Manik.
Pada ziarah Minggu tersebut, hadir langsung Bapa Bertuah bersama istrinya bermarga Boru Sitanggang. Mereka datang sebagai perwakilan keluarga untuk melanjutkan tradisi menghormati leluhur dan mempererat ikatan silsilah keluarga.
Selain mengunjungi makam leluhur Marga Manik di Dolok Maima, rombongan juga melanjutkan perjalanan ke Desa Sianting-sianting, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, untuk berziarah ke makam leluhur dari Marga Sitanggang. Kunjungan ini menjadi simbol penghormatan kepada kedua garis keturunan yang telah menyatu melalui ikatan perkawinan adat Batak.
Dalam tradisi Batak, kegiatan ziarah atau “berziarah” ke makam leluhur memiliki makna penting sebagai bentuk penghormatan, pengingat asal-usul, serta sarana memperkuat nilai kebersamaan antar generasi. Selain itu, ziarah juga menjadi momen refleksi spiritual agar keturunan tetap menjunjung tinggi nilai adat, budaya, dan persaudaraan.
Kegiatan ini berlangsung dengan khidmat dan tertib, tanpa ritual berlebihan, serta mengedepankan doa dan penghormatan kepada para leluhur. Keluarga berharap, ziarah ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh generasi penerus agar sejarah dan jati diri Marga Manik tetap terjaga.

